cerpen fiksi tema cinta dan detektif



Sarah melamun, dia masih memikirkan kata-kata abang Januar. Sarah diam, lamunannya lama sekali, pandangannya kosong, sepertinya kejadian siang tadi membuat dia benar benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Sarah bingung, kenapa abang Januar bisa bisanya menampar Haris di depannya, memangnya apa yang sudah Haris lakukan sampai abang Januar semarah itu melihat wajahnya, menemui Sarah dan Haris pulang bersama.
Sarah berbaring dikamarnya, ditariknya buku diari dari tas yang dilemparnya sepulang tadi,
“Sarah heran, mengapa abang Januar tega teganya menampar orang yang sudah baik pada Sarah. Sarah tidak pernah melihat bang Januar seemosi itu, apa yang membuat abang menjadi seperti ini? Sarah bingung”
Ada yang mengetuk pintu, Sarah berhenti menulis, “Sebentar”, segera ia buang wajah marahnya saat ditengoknya abangnya itu, Sarah menunduk, takut,
“Sarah, usah kau ajak lagi bajingan itu datang kemari, kalau tidak, kau pula yang abang hajar”
Januar tahu adiknya takut, takut sekali, dan dia pula sebenarnya takkan tega menghajar adiknya itu, dia mengingatkan saja supaya adiknya jangan sampai berdekatan dengan Haris.
“em” Sarah hanya mengangguk, lekaslah dia masuk dan menutup pintu kamarnya, dia kesal, bingung pada sikap abang Januar, tapi dia tidak punya cukup keberanian untuk bertanya.
Esoknya saat pulang, Haris datang lagi,
“Sarah, ayo kuantar pulang” kali ini Haris tidak lagi turun dari motornya untuk berbincang seperti biasa, helmnya pun tak dilepas. Lama dia menunggu, Sarah tak meresponya sedikitpun,
“Sarah, ayolah, aku tidak takut pada abangmu” nada bicaranya membuat Sarah bingung, Haris seperti tidak marah sedikitpun terhadap apa yng dilakukan abang Januar kemarin, akhirnya Sarah bicara
“ah, tak usah Haris, aku mau berjalan saja, aku ada belajar kelompok hari ini dirumah temanku, rumahnya di dekat sini”
“ya sudah, sini Haris antar, Haris tahu Sarah takut abangmu akan marah pada Haris, tak usah kuatir, nanti biar Haris yang berbicara” Haris masih tidak menyerah
“terimakasih atas tawaranmu, Haris, aku sedang ingin berjalan” Sarah terus berjalan tanpa menoleh lagi, ia berjalan lebih cepat, ia berharap Haris akan segera pulang meninggalkannya, ia berbohong ada belajar kelompok, ia bahkan tidak tahu daerah dekat sini, dia terus saja berjalan.
“Baiklah Sarah, dimana rumah temanmu itu?”
“sedikit lagi sampai” Sarah sangat berharap Haris pergi, kali ini dia benar benar tidak tahu jalan.
Haris tahu Sarah, ia tau benar kalau Sarah berbohong padanya, Sarah tidak pernah menggunakan ‘aku’ setiap kali bicara padanya, maka dari itu, ia memutuskan memberhentikan motornya di depan Sarah, sengaja, agar Sarah berhenti berjalan, Haris turun.
“Sarah, Haris tahu Sarah berbohong saat ini, tempat ini, jalan ini adalah jalan ke komplek perumahannya Haris, tidak ada anak SMA yang tinggal dekat sini..
“baiklah, aku menyerah, lalu, sekarang, bisakah kau jelaskan padaku kenapa abang Januar sangat emosi saat melihatmu mengantarku kemarin?”
“nanti akan Haris jelaskan, lebih baik kita pulang sekarang, kalau kelamaan, nanti abangmu marah” Haris mencoba menipu Sarah karena ia tahu memberitahukan hal yang sebenarnya sama saja menyakiti hati Sarah.
“aku tidak mau, lagipula abangku tidak akan marah aku pulang terlambat, asal aku tidak pulang bersamamu, sudah, pergilah, aku bisa pulang sendiri, lagi pula selama ini, aku memang pulang sendiri”
Kata kata terakhir yang Sarah ucapkan semakin membuatnya menyesal atas apa yang ia lakukan, tapi Haris bukan orang yang mudah menyerah,
“ah, kau ini, maih saja keras kepala seperti dulu, baiklah, Haris pergi, tapi kalau Sarah tersesat, jangan telpon Haris yah”
“terserah” keras kepala? Seperti dulu? Dulu? Memangnya Haris sejak kapan kenal Sarah? Bagaimana dia tahu?’ Sarah bingung
“sudah, sini, ayo naik, ya ampun, kau enteng sekali
“hei, hei, astaga, kenapa Haris gendong Sarah?”, kata Sarah sambil memukul kecil pada pundak Haris, dia sudah tidak bisa (pura pura) marah lagi, dan akhirnya Sarah masih diantar Haris juga.
Sepanjang jalan pulang Sarah diam saja, malu mau bicara karena dia sudah pura pura marah tadi, sebenarnya banyak yang ingin Sarah tanyakan, terutama masalah Haris dan abang Januar, tapi bagaimana. Sudah hampir dekat lorong rumah, Sarah meminta Haris berhenti, Sarah takut kalau nanti abangnya tahu dia tak mampu berpaling dari Haris. Haris mengerti keadaan itu, lagipula ini salahnya, dan Harispun segera berbalik dan tak lupa mengedipkan sebelah matanya pada Sarah, oh, Sarah suka sekali melihat wajahnya yang manis itu.
“Sarah, kenapa lama sekali kau pulang?” Sarah terkejut abang Januar langsung menyambutnya dengan nada tinggi saat baru sampai,
“tadi,..
Hampir saja mau dikatakannya kejadian tadi, dia bertengkar dengan Haris, untunglah pikirannya masih waras sehingga masih dapatlah dikeloknya pertanyaan abangnya itu
“tadi kan Sarah pulangnya naik becak, ya wajarlah lama” hoh, dag dig dug perasaan Sarah, dia tidak suka sekali berbohong, tapi kali ini terpaksa, ya, terpaksa.
Pulang sekolah hari ini lelah sekali, Sarah langsung saja berbaring, untungnya itu hari sabtu, ia tidak perlu menggantung bajunya seperti hari senin, terbayang lagi manisnya wajah Haris, saat dia berkedip, apalagi saat dia gendong Sarah tadi, abang Januar kan sudah lama tidak menggendong Sarah. Dulu, sewaktu masih SMP, abang Januar selalu memanjakan Sarah, apalagi setelah papa meninggal, abang Januar semakin menyayangi Sarah, mereka cuma berdua, mempunyai abang seperti abang Januar sudah membuat Sarah bahagia sekali, mama selalu sibuk, Sarah ingat kapan terakhir kali mama pulang, kira kira sebulan yang lalu, bagi Sarah, berpisah sebulan dengan mama itu lama sekali, mama
“Sarah”. Suara abang Januar terdengar dengan jelas, menghamburkan lamunan Sarah tentang keluarganya, dia keluar, dilihatnya abangnya sudah menunggunya dengan sate dimeja makan, pikirannya tentang apapun langsung hilang, otaknya hanya tertuju pada sate dimeja makan, Sarah tidak sabar ingin meludeskan makanan favoritnya itu.
“pelan pelan”, Sarah tidak menghiraukan teguran itu, masih saja dilahapnya makanan itu dengan cepat, tapi, lho, kok suaranya? Suaranya suara perempuan, mirip suara mama, ditengoknya sedikit orang yang ada didepannya, tangannya masih memegang tusuk sate dengan lontong di ujungnya, dipeluknya permpuan itu, senang sekali dia, sampai sampai lupa kuah sate mengenai rambut mamanya.
“makanya, kalo makan itu, bareng bareng, mentang mentang sate aja, langsung dah disamber” abang Januar dan mama tertawa
“wah abang, kenapa tidak bilang kalau mama mau pulang hari ini? Pasti mama yang beliin Sarah sate sebanyak ini, mama kapan sampenya?” tanya Sarah sambil mengunyah lontong satenya
“yang beli abang, lho. Bukan mama, duitnya aja yang pake duit mama”
“wah, itu sama aja!” mama tertawa melihat wajah Sarah yang tiba tiba berubah dari senang-terkejut-lalu marah. Meja makan itu menjadi ramai dan ceria.
Mama memberitahu Sarah dia baru sampai kerumah pagi tadi, beberapa jam setelah Sarah berangkat sekolah, mama sengaja melarang abang Januar memberi tahu Sarah dia akan pulang hari itu, karena mama sedih, pada kepulangannya kali ini, dia tidak membawa kado apa apa untuk Sarah, biasanya mama selalu membawakan Sarah bermacam macam barang yang unik, dan pastinya berwarna merah, Sarah suka warna itu, tapi kali ini, Cuma sate saja, mama kelupaan mengambil barangnya di bagasi pesawat, untungya tas dan dompet mama terus dipegang, kalau tidak, bisa tinggal juga. Sayang sekali, padahal mama sudah membelikan boneka elmo yang besar berwarna merah untuk Sarah,
“tak apa, ma. Mama pulang dengan selamatpun, udah oleh-oleh yang indah buat Sarah” mama tersenyum mendengar kata kata itu, Sarah memang sudah SMA, tapi dia masih saja seperti anak anak, itu yang membuat mama dan abang Januar selalu protektif terhadap Sarah. Malam ini Sarah senang sekali, karena mama menemaninya menyelesaikan pekerjaan rumah, biasanya dia bersama abang Januar, tapi abang Januar bukan malah mengajarinya melainkan mengganggunya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, mama mengingatkan Sarah untuk segera tidur. Malam malam Sarah terbangun, dia mendengar ada suara dari ruang tamu, dia belum berani keluar kamar, Sarah mengintip dari balik pintu kamarnya, dilihatnya disitu ada Haris, dan abang Januar marah marah, dan mama, mama menangis, sebenarnya ada apa ini? Sarah kembali tidur, dia takut sekali kalau sudah melihat abangnya marah, abang Januar mirip sekali seperti papa, sangat temperamen, Sarah takut kalau kalau dia malah akan mempersulit keadaan.
Esoknya abang Januar mnegantar Sarah ke sekolah, ini tak seperti biasanya. Disekolah, Sarah memikirkan kejadian semalam, semalam dia tak sengaja mendengar abang Januar mengatakan ayah Haris tidak tahu diri, memangnya ada hubungan apa ayah Haris dengan keluarga mereka. Sarah sungguh penasaran, dia tidak konsentrasi belajar dan meminta izin ke belakang untuk menenangkan pikirannya. Saat baru saja ingin kembali ke kelas, Sarah melihat Haris berdiri diluar pagar sekolah, ia segera berlari menuju kelasnya.
Bel pulang berbunyi, Sarah menengok dari jendela kelasnya, Haris masih ada di depan, dia memang senang sekali bisa bertemu Haris, tapi mengingat kejadian semalam, serta kejadian waktu abang Januar menampar Haris waktu itu, Sarah jadi takut, dan memutuskan untuk menelpon abang Januar menjemputnya. Baru saja mau menelpon, ternyata abang Januar sudah ada di depan, Sarah langsung berlari mendekati abangnya, ditengoknya kesekeliling, Haris sudah tidak ada, kemana dia.
“cari siapa Sarah?”
“tidak, bang. Sarah cari teman Sarah, tadi Sarah lupa mengembalikan pulpennya tapi dia sudah pulang. Ya sudahlah, besok saja.” Lagi lagi Sarah terpaksa berbohong.
Berbulan bulan berlalu, abang Januar selalu mengantar dan menjemput Sarah kemanapun ia pergi, Sarah bosan. Rupanya ada kakak kelas yang menyukai abang Januar dan setiap hari menanyakannya pada Sarah, kali ini anak itu meminta Sarah memperkenalkannya pada abangnya yang menurut temannya tampan itu.
Daripada ditanyai terus, lebih baik Sarah perkenalkan saja segera. Pulang sekolah, diajaknya kakak kelasnya itu menemui abang Januar, dan diperkenalkannyalah mereka. Sarah jijik sekali melihat wajah abangnya yang dibuat seolah olah datar, dan muak melihat wajah kakak kelasnya yang tiba tiba menjadi pemalu, oh astaga. Sampai dirumah, Sarah masih saja memperolok abang Januar tentang perkenalan tadi.
“kenapa muka abang tadi langsung datar seperti itu bang? Hahaha”
“walah, kau ini, itu adalah salah satu trik untuk memikat perempuan agar dia terus terusan kejar abang” jawab abang Januar dengan wajah yang dibuat terlihat sombong meskipun tidak cocok.
“oh, jadi begitu ya? Abang ini seperti perempuan saja minta dikejar. Wah, berarti abang sengaja ingin membuat perempuan itu tadi penasaran sama abang?”
“hus, sudahlah, labih baik Sarah ganti baju segera lalu kita makan” kata abang Januar yang mencoba serius tapi masih menyeringai menahan tawa melihat muka Sarah yang sudah seperti agen FBI.
“abang Januar muka datar suka dikejar, abang Januar muka datar suka dikejar, hahaha” Sarah berlari ke kamarnya sambil tertawa tawa mengolok abangnya.
Mama belum pulang bulan ini, Sarah rindu sekali, padahal ini sudah melewati tengah bulan. Makan siang ini, Sarah bertanya pada abang Januar kenapa mama belum pulang, abang Januar juga kuatir. Abang januar mencoba menghubungi mama, tidak diangkat. Rupanya ayah Haris sedang mencoba menemui mamanya, ayah Haris hanya ingin meminta maaf serta ingin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Tapi mama Sarah masih shock dan berpikir bahwa ayah Harislah yang sengaja membunuh suaminya.
Abang Januar memutuskan untuk pergi menemui mama mengingat bahwa ayah Haris sedang bertugas di dekat tempat mamanya bekerja. Sedang disela waktu waktu itu, Haris menemui Sarah dan menceritakan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mulanya Sarah tidak percaya bahwa yang didengarnya itu benar, bagaimana tidak, semuanya seperti begitu dramatis. Om Fahri ayah Haris adalah kekasih mamanya di waktu muda dan papanya adalah laki laki yang dipilihkan kakek dan nenek untuk mamanya, ini seperti film.
Entah apa yang membuat mama waktu itu lebih memilih papa dan meninggalkan om Fahri yang telah bertahun tahun mencintainya. Tapi Sarah yakin mama pasti punya alasan untuk itu. Selain itu Haris juga menjelaskan pada Sarah kejadian tertembaknya papa Sarah, itu semua salah paham. Ayah Haris dan Papa Sarah dekat sebagai rekan kerja di kepolisian, dan saat itu mereka sedang mencoba menangkap kedua perampok yang kabur, peluru ayah Haris tak sengaja mengenai papa Sarah yang sedang ingin menangkap salah satu perampok itu. Haris benar benar meminta maaf pada Sarah dan ia juga tahu ayahnya tak pernah menginginkan hal ini terjadi.
Jadi karena itu abang Januar begitu tidak menyukai Haris? Kenapa, dimana letak kesalahan Haris?
Abang Januar sudah sampai ketempat mama bekerja, tapi dia tidak menemui mamanya disana. Dilihatnya diatas meja mama ada pin polisi, dan kali ini dia yakin mamanya sedang bersama om Fahri, tapi kemana mereka. Haris ingat mamanya pernah bercerita bahwa dulu mama dan om Fahri sering makan atau sekedar ngobrol di kafe dekat rumah makan tempat keluarga mereka sering makan malam sewkatu masih ada kakek dan nenek dulu. Ya, abang Januar segera menuju tempat itu.
“dengar Evi, aku memang masih mencintaimu, dan aku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaan orang yang aku cintai. Djoko dan aku sudah mulai berteman baik saat kami menjadi rekan kerja, aku juga kehilangan dia, Evi.”
“jika kau juga telah menyayanginya sebagai temanmu, lalu kenapa kau membunuhnya?”
“tidak tante, peluru ayah tidak sengaja mengenai om Djoko, kejadian itu begitu cepat, sehingga kalian salah paham”Haris dan Sarah segera duduk di kursi yang masih kosong.
“salah paham apa? Kejadian itu memang benar, bukan?” rupanya abang Januar juga sudah sampai di tempat itu. Abang Januar menodongkan pisau makan yang terletak diatas meja kepada Haris.
“sudah, bang. Apa yang diceritakan oleh Haris itu benar, om Fahri dan papa itu sudah berteman baik, jadi om Fahri tidak mungkin membunuh papa. Kalau abang akan membunuh Haris, bunuh saja bang, tapi jangan harap Sarah tidak menyusul setelah itu” Sarah juga mengambil pisau dari piring mamanya.
“baiklah, aku serahkan semuanya pada mama, apakah mama mau memaafkan orang ini?” abang Januar masih belum melpaskan pisau itu dari tangannya.
Mama memaafkan ayah Haris, Januar mendengarkan penjelasan Haris dan Sarah, sulit sekali baginya untuk tidak mempercayai adiknya itu, setahu dia adiknya tak pernah berani berbohong, lagipula mama sudah memaafkan semuanya. Om Fahri memeluk abang Januar, Sarah memeluk mama, dan tangannya tak lepas dari tangan Haris.
Semuanya terasa damai, abang Januar sekarang mengerti, semua itu bukanlah kesalahan om Fahri, tapi perampok perampok itu, mereka, bagaimanapun, terlibat dalam penembakan ini. Saat ini abang Januar menyimpan rasa dendam pada mereka, dia mencari info tentang kedua perampok itu. Abang Januar membaca bahwa mereka pernah tertangkap pada perampokan bank, namun mereka berhasil kabur dan saat ini masih diwaspadai. Salah satu perampok itu terakhir kali terlihat memiliki bekas luka pada lengan atas kirinya, dan yang satunya lagi mengalami cedera pada kaki kanannya akibat tembakan.
Abang Januar sedang menjalani semester empatnya, seperti mahasiswa mahasiswa lainnya, abang Januarpun sibuk pada semester genap ini. Sebab itulah, kali ini ia mempercayai Haris untuk menjaga Sarah. Karena abang Januar sudah tak terlihat lagi mengantar jemput Sarah ke sekolah, Pia, kakak kelas yang naksir abang Januar itu bertanya tanyalah pada Sarah. Sarah merasa risih, akhirnya diputuskannyalah memberitahu kak Pia dimana rumahnya, biar nanti dia temui sendiri abang Januar dirumah.
“Sarah, kenapa kau bagi tahu dia tentang abang? Bagaimana juga dia bisa tahu rumah kita?” abang Januar mulai lagi memasang wajah selebritisnya yang sebenarnya lebih mirip penjual sate.
“alah, Sarah risihlah, bang. Kak Pia tanyakan abaaaaaaaaang terus. Nampaknya trik abang tu benar benar manjur.” Jawab Sarah sambil tertawa kecil menutup mulutnya.
“bang Januar, abang tidak sedang sibuk, kan?” kak Pia langsung datang dengan gesture nya seperti ular yang melintasi garam, oh.
“sebenarnya abang baru saja mau pergi kerumah teman abang, tapi tengok kau dah jauh jauh datang kemari, tak enaklah abang jadinya. Ada perlu apa Pia kemari?” wajah sok cool abang Januar membuat kak Pia benar benar terpesona, padahal menurut Sarah ekspresi abangnya itu lebih mirip ekspresi orang panas dalam yang sedang kehausan ditabrak sedan terus ketelen air selokan, Sarah memang anak yang suka berimajinasi tinggi, apalagi saat melihat wajah abangnya.
Lalu berbincanglah abang Januar dan kak Pia diruang tamu, setelah beberapa jam lamanya, abang Januar baru ingat bahwa Sarah belum makan siang, dan ini sudah jam 3 sore. Abang Januar meminta Pia untuk segera pulang, susah juga menyuruh wanita itu pulang. Untunglah ayahnya menelponnya untuk segera pulang. Abang Januar melihat Sarah tertidur dilantai bersama buku bukunya, sepertinya Sarah lelah sekali mengerjakan tugas tugas sekolah. Abang Januar memasak sup tomat untuk makan malam, dibangunkannyalah Sarah disuruhnya untuk segera mandi. Malam itu Sarah terlihat murung, satu sendokpun lama sekali dikunyah, padahal biasanya irisan irisan tomat habis dalam sekejap dimakan Sarah.
“Sarah, kenapa? Apa kau sedang ada masalah dengan Haris? Beritahu abang”
“tidak, bang. Sarah cuma pusing mengerjakan pr matematika tadi” Sarah berbohong lagi, tak enak jika dia katakan dia cemburu melihat abangnya berlama lama dengan kak Pia. Sekarang ini, selain sibuk kuliah, abang Januar terlihat sudah mulai dekat dengan kak Pia dan hal itu membuat Sarah takut kalau abang Januar akan tidak memanjakannya lagi.
‘kenapa abang cepat sekali menganggap Sarah dewasa? Padahal kan Sarah masih ingin digendong, diganggui saat belajar, diingatkan tentang ini itu, bercanda. Abang, Sarah harap keaadaan ini hanya untuk sementara saja’ tulis Sarah pada buku diarinya malam itu.
Seiring waktu, kak Pia selalu berkunjung kerumah. Kali ini wanita itu meminta abang Januar mengantarnya pulang kerumah. Sarah cemas cemas harap karena menurut berita yang beredar di sekolah, setiap laki laki yang pernah mengantar kak Pia pulang, maka beberapa hari setelah itu rumah mereka kerampokan, bahkan pernah ada seseorang yang pulang dengan tidak selamat. Belum diketahui dengan pasti mengapa hal itu bisa terjadi, untunglah abang Januar pulang dengan selamat. Sarah langsung menceritakan tentang gosip yang didapatnya dari teman temannya itu. Benarlah, abang Januar tahu jawabannya, tapi ia tak ingin memberitahu Sarah, takutnya Sarah akan bercerita pada temannya lalu memancing perampok itu.
Semua itu terjadi karena ayah kak Pia adalah salah satu dari perampok yang terlibat dalam penembakan papa mereka. Abang Januar yakin sekali, karena ayah kak Pia mempunyai ciri ciri yang mirip sekali dengan ciri ciri salah satu perampok itu, berambut keriting, berkulit putih, dan mempunyai goresan di lengan atas tangan kirinya. Abang Januar sesegera mungkin memberitahukan ayah Haris tentang hal itu, setelah beberapa hari mereka selidiki ternyata benarlah, dan mereka telah bekerja sama untuk memasang jebakan, bersiaga saat perampok itu mendatangi rumah Sarah.
Penangkapan berjalan dengan lancar dan terbongkarlah semua misteri perampokan yang terjadi pada setiap laki laki yang mengantar kak Pia pulang. Kak Pia ternyata bekerjasama dengan ayahnya, dia yang mencari target dan memberitahu siapa saja target yang pantas untuk dirampok, kebetulan keluarga Sarah termasuk keluarga yang memiliki kekayaan yang berkecukupan. Abang Januar benar benar tidak mengerti kenapa kak Pia yang dikenalnya sangat baik itu bisa bisanya melakukan aksi kriminal yang sehebat ini, padahal abang Januar telah mempercayainya dengan amat sangat.
Saat menjenguk kak Pia dipenjara, kak Pia menceritakan semuanya kepada abang Januar. Dia melakukan semua ini karena terpaksa harus menuruti kata kata ayahnya, dan dia sudah berulang kali mengingatkan ayahnya, dia benar benar meminta maaf pada abang Januar atas semua kesalahan ayahnya. Sekarang abang Januar sudah kembali seperti dulu, abang yang peduli dan sayang pada Sarah, Sarah senang sekali. ‘ya, begitulah. Tidak semua cerita akan berakhir bahagia, namun yang terpenting adalah bagaimana kita mensyukurinya.’ Tulis Sarah pada diarinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPGRADE RAM ASUS X200M ?

pidato tentang kesedihan (blue)

someone