pidato tentang kesedihan (blue)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
(Muqaddimah)
(10). إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ
الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ ۚوَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang
yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat
sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah
hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (al-mujadalah:10)
Blue in Informal
meaning is sth (of a person or mood) melancholy, sad, or depressed.
"he's
feeling blue"
synonyms:
|
depressed, down, sad, unhappy, melancholy, miserable, gloomy, dejected, dispirited, downhearted, downcast, despondent, low, glum;
informaldown in the
dumps
"Mom was
feeling a bit blue"
|
Kesedihan
adalah suatu emosi yang ditandai
oleh perasaan tidak beruntung,
kehilangan, dan ketidakberdayaan. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih
diam, kurang bersemangat, dan menarik diri.
Sebagai manusia pada moment moment tertentu kesedihan memang tidak dapat kita hindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Oleh karena itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kesedihan. Do’a beliau adalah, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sifat kikir dan pengecut, lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.” (HR. al-Bukhari no. 2736).
Allah Ta’ala juga melarang kaum mukminin bersedih hati, sebagaimana firman-Nya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Sebagai manusia pada moment moment tertentu kesedihan memang tidak dapat kita hindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Oleh karena itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kesedihan. Do’a beliau adalah, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sifat kikir dan pengecut, lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.” (HR. al-Bukhari no. 2736).
Allah Ta’ala juga melarang kaum mukminin bersedih hati, sebagaimana firman-Nya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Cara mengatasi kesedihan:
Beriman dan Memperbanyak dzikir kepada Allah
Dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan dan memberikan ketentraman di dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Sebagaimana firman Allah, “Ketahuilah, hanya dalam berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan dan memberikan ketentraman di dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Sebagaimana firman Allah, “Ketahuilah, hanya dalam berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
”Bunuhlah
setiap waktu kosong dengan ‘pisau’ kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter
dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan.
Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria
mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas.
Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain
Bukankah Nabi telah memberitahu kita bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain? Beliau telah berkata benar, karena beliau adalah Ash-Shadiqul Mashduq (yang berkata benar dan yang dibenarkan).
“Kebutuhan orang lain kepada diri Anda adalah sebuah nikmat, maka jangan pernah bosan menghadapinya, karena bisa berakibat berbalik menjadi bencana. Ketahuilah, bahwa yang terbaik dari hari-hari Anda adalah ketika Anda menjadi tujuan, dan bukan Anda yang menuju orang lain” (Al-Qarni, 2006: 531)
Menyikapi masa lalu, masa kini, dan masa depan
Dalam benak kita, selalu terbayang tentang tiga fase kehidupan, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Menyikapi fase-fase itu merupakan kemampuan yang layak untuk dimiliki bagi orang yang ingin bahagia.
“Jika Anda harus mengingat masa lalu, maka ingatlah masa lalumu yang indah agar Anda gembira. Jika Anda mengingat hari ini, maka ingatlah apa yang telah Anda hasilkan, pasti Anda akan merasa gembira. Dan jika Anda melihat hari esok, maka ingatlah mimpi-mimpi Anda yang indah agar Anda optimis” (Al-Qarni, 2006: 550)(Dr. ‘Aidh Al Qarni, (2006: 254) telah banyak mengkaji banyak buku tentang kecemasan dan gangguan mental dari berbagai bacaan).
Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain
Bukankah Nabi telah memberitahu kita bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain? Beliau telah berkata benar, karena beliau adalah Ash-Shadiqul Mashduq (yang berkata benar dan yang dibenarkan).
“Kebutuhan orang lain kepada diri Anda adalah sebuah nikmat, maka jangan pernah bosan menghadapinya, karena bisa berakibat berbalik menjadi bencana. Ketahuilah, bahwa yang terbaik dari hari-hari Anda adalah ketika Anda menjadi tujuan, dan bukan Anda yang menuju orang lain” (Al-Qarni, 2006: 531)
Menyikapi masa lalu, masa kini, dan masa depan
Dalam benak kita, selalu terbayang tentang tiga fase kehidupan, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Menyikapi fase-fase itu merupakan kemampuan yang layak untuk dimiliki bagi orang yang ingin bahagia.
“Jika Anda harus mengingat masa lalu, maka ingatlah masa lalumu yang indah agar Anda gembira. Jika Anda mengingat hari ini, maka ingatlah apa yang telah Anda hasilkan, pasti Anda akan merasa gembira. Dan jika Anda melihat hari esok, maka ingatlah mimpi-mimpi Anda yang indah agar Anda optimis” (Al-Qarni, 2006: 550)(Dr. ‘Aidh Al Qarni, (2006: 254) telah banyak mengkaji banyak buku tentang kecemasan dan gangguan mental dari berbagai bacaan).
Bersedih itu
hanya akan memadamkan kobaran api semangat,
meredakan
tekad, dan membekukan jiwa.
Dan kesedihan itu ibarat penyakit demam
yang membuat tubuh menjadi lemas tak berdaya.
Mengapa demikian?
Tak lain,
karena kesedihan hanya memiliki daya yang menghentikan dan bukan
menggerakkan.
Dan itu artinya sama sekali tidak bermanfaat bagi hati.
Bahkan,
kesedihan merupakan satu hal yang paling disenangi setan.
Maka
dari itu, setan selalu berupaya agar seorang hamba bersedih
untuk
menghentikan setiap langkah dan niat baiknya.
Ini telah diperingatkan
Allah dalam firman-Nya,{Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan
supaya orang-orang mukmin berduka cita.}(QS. Al-Mujadilah: 10)
pesan terakhir saya, laa takhaf wa laa tahzan, innallaha ma’anaa. dalam sebuah joke dinegeri luar sana, they say " Don't feel sad, don't feel blue, Frankenstein was ugly too. "
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar